Indonesia Sebagai Konsumen Produk Alas Kaki Terbesar Kelima Dunia. (Foto Dari: indonesia.go.id) |
HARIANWANGON - JAKARTA, Dalam urusan memakai alas kaki, Indonesia terbukti sebagai juara nomor lima di dunia. Merujuk data World Footwear, pada 2022 mengkonsumsi 702 juta pasang produk alas kaki. Ini setara dengan 3,2 persen dari total konsumsi produk alas kaki dunia.
Selain juara mengonsumsi, Indonesia juga tercatat sebagai eksportir besar. Industri alas kaki tanah air merupakan eksportir terbesar ketiga di dunia dengan jumlah produk alas kaki yang dikapalkan pada 2022 sebanyak 535 juta pasang alas kaki atau memiliki andil sebesar 3,5 persen dari total ekspor alas kaki dunia.
Sebagai negara pusat produksi alas kaki terbesar ke-4 dunia, Indonesia memiliki potensi menjadi produsen sepatu lokal yang kompetitif di kancah global, dengan kualitas yang setara dengan merek-merek ternama dunia.
Adapun dua merek sepatu lokal yang terbukti mampu merambah ke pasar global, di antaranya Sagara Boots dan Pijakbumi. Keduanya merupakan mitra Badan Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Sidoarjo, unit pelaksana teknis di bawah binaan Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian.
Meningkatkan Jenama Lokal
Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar lokal maupun ekspor alas kaki, industri pembalut kaki nasional, khususnya skala kecil dan menengah, semakin tumbuh dan berkembang. Ini terlihat dari bermunculannya berbagai jenama (brand) lokal yang memiliki kualitas dan desain bagus sehingga mampu bersaing dengan produk impor.
“Pertumbuhan industri ini tentunya perlu terus didorong di berbagai wilayah di Indonesia. Apalagi, industri kecil dan menengah (IKM) sektor alas kaki punya potensi pasar dalam dan luar negeri yang sangat besar,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita di Jakarta, Selasa (30/4/2024).
Dirjen IKMA menegaskan, pihaknya terus berkomitmen untuk berperan pada penguatan ekosistem industri alas kaki melalui pengembangan kreativitas dan kemitraan, salah satunya melalui Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di bawah Direktorat Jenderal IKMA. “Oleh karena itu, perlu langkah sinergi di antara para pemangku kepentingan sehingga dampak positif yang akan dirasakan semakin tersebar dan meluas,” tuturnya.
Guna memacu pengembangan IKM alas kaki sekaligus mendukung kampanye Bangga Buatan Indonesia Tahun 2024 di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), BPIPI telah sukses menyelanggarakan pendampingan teknologi bagi IKM alas kaki yang dilaksanakan pada 22--26 April 2024 di Kabupaten Lombok Timur. Kegiatan pendampingan ini diikuti sebanyak 16 peserta yang merupakan para IKM dari berbagai wilayah di Provinsi NTB seperti Kota Bima, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Barat.
Reni mengungkapkan, pendampingan tahun 2024 ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kebutuhan IKM yang dilakukan oleh BPIPI pada 2023. “Penilaian kebutuhan tersebut dilakukan kepada beberapa IKM binaan untuk mendapatkan informasi faktual di lapangan dengan tujuan materi yang diberikan saat pendampingan sesuai dengan kebutuhan para IKM, serta disesuaikan dengan perkembangan komoditas sektor industri alas kaki,” paparnya.
Reni juga menyampaikan bahwa program pendampingan yang dilakukan membutuhkan dukungan dan pembinaan dari Pemerintah Daerah Provinsi NTB sebagai pendamping daerah yang memahami kondisi, kebutuhan, serta potensi yang ada di daerahnya. Pengembangan yang dilakukan juga membutuhkan sinergi dan dukungan dari berbagai pihak seperti pemilik jenama, desainer, akademisi, marketplace hingga peran sektor industri pariwisata di NTB sebagai salah satu destinasi wisatawan lokal dan mancanegara.
“Saya berharap kolaborasi antara pemerintah daerah dengan BPIPI akan memberikan dampak yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat industri setempat khususnya melalui komoditas industri alas kaki yang potensi pasarnya sangat besar, dan NTB dapat menghasilkan IKM alas kaki yang memiliki kualitas brand dan desain yang mampu bersaing,” jelasnya.
Kemenperin optimistis pelaku IKM alas kaki nasional dapat memanfaatkan potensi pasar yang besar. Untuk itu, industriawan harus terus menempa diri dalam mengembangkan bisnis yang penuh inovasi dan berkelanjutan.
Pada kegiatan pendampingan di Lombok Timur tersebut, Kepala BPIPI Syukur Idayati memberikan materi kepada para peserta, terkait teknik desain pola, pemotongan, penjahitan, assembling dan finishing. Selain itu juga sejumlah materi turunan yang lebih komprehensif dan mampu dipraktikkan oleh para pelaku IKM. Ini penting sebagai modal untuk melakukan pengembangan produk dengan baik dan sesuai dengan perkembangan tren pasar.
Ke depannya, diharapkan BPIPI dapat berperan sebagai fasilitator kepada para komunitas kreatif lokal dengan berbagai program penguatan wirausaha industri bagi komoditas alas kaki. “Melalui kolaborasi-kolaborasi baru tersebut akan dapat mewujudkan ekosistem industri alas kaki yang mandiri dan lebih kuat,” pungkasnya.
Platform Digital IFN
Sebelumnya, pemerintah melalui Ditjen IKMA Kemenperin telah pula membantu menemukan solusi dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kemudahan akses ke pasar ekspor. Antara lain, dengan cara memfasilitasi dan memberikan akses kemudahan impor tujuan ekspor (KITE), dan akses pembiayaan untuk ekspor melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Terkait kalkulasi penggunaan bahan material ramah lingkungan, Ditjen IKMA mempertemukan IKM alas kaki dengan Pusat Industri Hijau Kemenperin.
Selain itu, melalui BPIPI telah disiapkan pula platform digital bernama Indonesia footwear network (IFN) yang bisa diakses melalui laman https://ifn.bpipi.id/.IFN. Platform ini disiapkan sebagai solusi atas perubahan tatanan industri alas kaki nasional sejak pandemi Covid-19.
Melalui platform tersebut, beragam pelaku dan komunitas industri alas kaki nasional dapat berkolaborasi sebagai mitra bisnis untuk melakukan sharing value. Selain itu juga tersedia berbagai informasi yang relevan bagi pasar domestik dan global terkait potensi industri alas kaki Indonesia dari sektor hulu hingga hilir.
Sebagai fasilitator industri alas kaki nasional, BPIPI juga memainkan peran untuk menguatkan kembali beragam komunitas industri alas kaki di Indonesia. Dengan demikian, IFN akan didorong untuk melengkapi dan mengumpulkan informasi industri yang selama ini ada di masing-masing komunitas. BPIPI juga terus mendorong program kemitraan di industri alas kaki agar ekosistem industri khususnya IKM alas kaki mampu lebih mandiri, menghasilkan kualitas produk lebih baik dan potensi go global.***
Sumber : indonesia.go.id