 |
| Fembiarta Binar Pemuda Asal Ambarawa Jawa Tengah Yang Telah Wujudkan Mimpi Orang Tuanya Sebagai Sarjana Di UGM Yogyakarta, (Foto Dok. FB Tanoto Foundation) |
HARIANWANGON - Putra yang berasal dari Ambarawa Jawa Tengah, Fembiarta Binar Putra punya mimpi besar untuk masuk Universitas Gadjah Mada (UGM). Tapi karena kondisi ekonomi keluarganya yang penuh tantangan, Fembi perlu meyakinkan orang tuanya bahwa ia bisa berjuang di Yogyakarta. Akhirnya, ia lolos seleksi dan mengambil jurusan Hubungan Internasional di UGM tahun 2009, meskipun hanya diberikan uang bulanan sebesar Rp300.000.
Untuk memenuhi kebutuhannya, Fembi sempat bekerja paruh waktu di perusahaan souvenir. Di semester ketiga, ia mendaftar beasiswa dari Tanoto Foundation, di mana ia harus bersaing dengan sahabatnya sendiri di tahap akhir seleksi. Akhirnya, Fembi lah yang terpilih menjadi penerima beasiswa Tanoto Foundation pada tahun 2010.
Di kuliah, ia menjalani minatnya di berbagai kegiatan antara lain public speaking dan kegiatan budaya. Ia kerap ditunjuk menjadi MC di acara kampus dan melakukan aktualisasi diri. Sayangnya, Fembi harus menerima kenyataan pahit saat orang tuanya meninggal di tahun 2011 dan 2012.
Ia mencoba tetap tegar di tengah suasana berduka, sebab ia harus menuntaskan mimpi kedua orang tuanya untuk melihatnya menjadi sarjana.
Berkat minat yang ia coba kembangkan selama kuliah, Fembi menyadari bahwa minat yang ingin ia jalani adalah corporate communication. Lulus dari UGM, Fembi mendapatkan kesempatan bekerja di APRIL Group, perusahaan pulp dan kertas ternama di Riau. Ia memulai karirnya di bidang Event, lalu pindah ke bagian Media Relation, kemudian Social Media. Semua pekerjaannya masih berada di lingkup Corporate Communication. Menurut Fembi, di masa kini, ia tidak boleh alergi terhadap perubahan, sehingga ada banyak transformasi yang harus ia lakukan.
Setelah tiga tahun bekerja dan menetap di Riau, ia akhirnya pindah ke Jakarta untuk melanjutkan pekerjaan dan meneruskan pendidikan Magister Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia pada 2018. Membagi waktu antara pekerjaan dan menuntut ilmu, ia akui ada tantangan yang membuatnya selalu merasa naik-turun, tapi tiada hasil yang mengkhianati usaha. Kerja kerasnya terbayar dengan prestasinya sebagai wisudawan lulusan terbaik di angkatannya.***
Sumber : FB Tanoto Foundation
