-->
  • Jelajahi

    Copyright © Harian Wangon | Pelopor Media di Banyumas Barat
    Best Viral Premium Blogger Templates

    ads

    Menu Bawah

    Dibalik Nikmatnya Kopi Yang Kita Minum, Terdapat Sejarah Bangsa Yang Mengharukan

    Adimaki
    Selasa, 23 Januari 2024, 12.06.00 WIB Last Updated 2024-01-23T08:34:29Z

    Kopi Menjadi Sebuah Trend Keharusan Bagi Kaula Muda Maupun Orang Tua Saat Kumpul Bareng. (Foto Dok. Tim Harian Wangon)

    HARIANWANGON - Ngopi diwaktu pagi hari dan disaat ngumpul dengan Teman tentu sangatlah mengasyikkan, hingga banyak yang membuat slogan "kumpul ora ngopi kurang rasane" (dalam bahasa Jawa) yang berarti saat kumpul tapi tidak minum kopi rasanya kurang.

    Namun perlu kita ketahui bersama kopi yang sangat nikmat dan menjadi trend dimasyarakat baik usia remaja, dewasa maupun orang tua terlebih kaum laki-laki ini sebenarnya bukan tanaman asli dari Nusantara melainkan dari daratan Afrika.

    Menyingkap sejarah kopi hingga bisa masuk ke Indonesia melansir dari distan.bulelengkab.go.id mengabarkan jika tanaman kopi bisa masuk ke Indonesia ini berasal dari daratan Afrika, hal ini memang terbukti dalam sejarah kopi bahwa tanaman kopi ditemukan di Afrika.

    Setelah tanaman kopi ditemukan, kemudian dibudidayakan dan tersebarlah di seluruh dunia.

    Minum Kopi Dapat Menyegarkan Kondisi Tubuh (Foto Dok. Tim Harian Wangon)

    Sejarah mencatat bahwa kopi pertama ditemukan oleh orang Ethiopia sekitar ribuan tahun yang lalu. Ketika itu ada seorang pengembala kambing sedang membawa ternaknya kepadang rumput, ketika menunggu ternaknya ia melihat kambing peliharaannya memakan sebuah biji mirip berry di pohon, kemudian kambing itu tetap terjaga dan hiperaktif walaupun matahari terbenam, lalu sang gembala mencoba mengolah dan memakan biji tersebut, alhasil ia merasa segar kembali.

    Dahulu kala orang tidak menumbuk kopi kemudia di seduh, kopi hanya dikeringkan kemudian diseduh saja. Barulah setelah 500 tahun kemudian muncullah alat untuk menghancurkan biji kopi dan pengolahan pun masih sangat sederhana.

    Sedang sejarah kopi bisa masuk di Indonesia dimulai sejak Gubernur Belanda di Malabar (India) mengirim bibit kopi Yaman atau kopi Arabica kepada Gubernur Belanda di Batavia (Jakarta) pada tahun 1696, namun bibit pertama ini gagal tumbuh akibat banjir di Batavia.

    Bijih kopi yang dua dikirim pada tahun 1699, akhirnya tanaman ini tumbuh dan pada tahun 1711 terjadilah ekspor pertama dari Jawa ke Eropa oleh perusahaan dagang Belanda yang dikenal dengan VOC (Verininging Oogst Indies Company) yang didirikan pada tahun 1602.

    Hingga tahun ke 10 ekspor semakin meningkat sampai 60 ton pertahun. Indonesia adalah tempat pertama kali kopi di budidayakan secara luas di luar Arab dan Ethiopia, VOC pun memonopoli perdagangan kopi pada tahun 1725 hingga 1780.

    Perdagangan kopi di Indonesia sangat menguntungkan bagi VOC namun tidak bagi para masyarakat Indonesia yang dipaksa untuk menanam kopi oleh kolonial Belanda.

    Pada pertengahan abad 17 VOC mulai mengembangkan area tanam kopi Arabica di beberapa pulau (Sumatra, Bali, Sulawesi, dan Kepulauan Timur).
    Di Sulawesi (Ujungpandang) Kopi pertama ditanam pada tahun 1750, sedang di Sumatra pertama kali ditanam tahun 1888 dekat Danau Toba, kemudian diikuti dataran tinggi Gayo (Aceh) pada tahun 1924.

    Sekitar abad 18 kolonial Belanda mendirikan lahan pertanian kopi yang sangat luas di dataran tinggi Ijen (Jawa Timur), sedang tahun 1876 bencana besar menghantam area tersebut, kopi diserang penyakit karat daun yang menyapu Indonesi, membumihanguskan tanaman kopi tersebut.

    Mulai tahun 1920an perusahaan-perusahaan kecil di Indonesia mulai menanam kopi sebagai komoditas utama, perkebunan di Jawa di nasionalisasi pada hari kemerdekaan dan direvitalisasi dengan varietas baru kopi Arabika sekitar tahun 1950an.

    Sekarang lebih dari 90 persen kopi Arabika Indonesia dikembangkan perusahaan-perusahaan kecil atau menengah terutama di daerah Sumatra Utara.

    Diperkirakan produksi kopi Arabika setiap tahunnya mencapai 75.000 ton dan 90 persennya di ekspor.***


    Dari Berbagai Sumber



    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Pendidikan

    +
    close
    close