Ilustrasi: jcump dari freepik |
HARIANWANGON - Bulan Ramadhan akan selalu menjadi bulan yang didambakan oleh seluruh umat Islam. Berbagai keutamaan di dalamnya selalu menjadi motivasi bagi umat Islam untuk berlomba-lomba menggaet kebaikan dan pahala yang dijanjikan oleh Allah.
Ramadhan memiliki arti “panas” atau “membakar” yang diibaratkan seperti matahari yang membakar seluruh dosa-dosa umat Islam. Mereka percaya bahwa jika meningkatkan kualitas ibadah di bulan Ramadhan, maka dosa-dosa dapat diampuni oleh Allah.
Bulan Ramadhan termasuk bulan sejarah dimana seluruh peristiwa keagamaan dan kenabiaan terjadi pada bulan tersebut. Mulai diturunkannya Al-Qur’an, kemenangan umat Islam di perang Badar, penaklukan Kota Mekkah (Fathu Makkah) dan diangkatnya Nabi Muhammad sebagai Rasulullah.
Bulan Ramadhan juga memiliki keistimewaan di hati umat Islam, seperti adanya Lailatul Qadr yang dikenal sebagai malam yang kemuliaannya melebihi 1000 bulan yang dimana semua amal ibadah dilipatgandakan oleh Allah dan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Kita harus selalu dan terus berdoa kepada Allah, agar umur kita disampaikan ke bulan Ramadhan. Sebab bertambahnya umur dan berjumpanya kita dengan Ramadhan serta bertambahnya ibadah-ibadah kita, itu semua dapat meninggikan derajat kita melebihi orang-orang shaleh yang sudah wafat sebelum Ramadhan.
Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, diceritakan bahwa ada dua orang sahabat yang sangat akrab dan dekat. Keduanya sama-sama ikut berjuang di jalan Allah. Namun salah satunya lebih dahulu syahid dalam medan jihad. Sementara yang satu lagi baru wafat setahun kemudian. Rupanya salah seorang sahabat Nabi yang bernama Thalhah bin Ubaidillah, melihat di dalam mimpinya bahwa yang wafat kedua lebih dimuliakan oleh Allah Ta'ala dari pada orang yang syahid pertama. Bahkan dia didahulukan masuk surga dari temannya yang lebih dahulu mati syahid tersebut.
Thalhah bin Ubaidilah sangat heran dengan mimpinya itu. Sehingga ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam kenapa hal itu terjadi. Rasulullah menjawab:
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلَيْسَ قَدْ مَكَثَ هَذَا بَعْدَهُ سَنَةً؟ قَالُوا: بَلَى . قَالَ: وَأَدْرَكَ رَمَضَانَ فَصَامَ وَصَلَّى كَذَا وَكَذَا مِنْ سَجْدَةٍ فِي السَّنَةِ؟ قَالُوا: بَلَى . قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَمَا بَيْنَهُمَا أَبْعَدُ مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Bukankah dia masih hidup satu tahun setelahnya (kawannya syahid)?” Para sahabat menjawab, “Benar.” Rasullullah ya. Rasulullah bertanya lagi, “Bukankah dia berjumpa lagi dengan Ramadhan dan berpuasa? Dan juga dia shalat sekian banyak shalat dan sujud dalam setahun?” Mereka menjawab, “Benar.” Rasulullah Shalallahu alahi Wassalam berkata, “Maka jarak (kemuliaan) antara mereka berdua melebihi jarak antara langit dan bumi.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).
Sumber: jakarta.nu.or.id