Ilustrasi: freepik |
HARIANWANGON - Pengrajin layangan mengeluhkan adanya penurunan pembeli pada Ramadan kali ini. Jika biasanya bisa meraup keuntungan berkali lipat dibandingkan hari biasanya, kali ini tidak.
Sejumlah pengrajin layangan justru mengeluhkan sepinya penjualan meski Ramadan baru memasuki hari ketiga. Padahal, biasanya sejumlah anak-anak hingga kalangan dewasa sering bermain layangan sambil menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit.
Apeh (56), salah satu pengrajin layangan di Desa Sindangsinor, Kecamatan Lebakwangi, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Pada puasa tahun 2022, Apeh dapat menjual hingga 3.000 layangan perhari. Namun hingga saat ini ia hanya mampu menjual 200 layangan dari awal Ramadan.
Sepinya penjualan, ungkap Apeh, akibat dari faktor cuaca yang terus menerus turun hujan, sehingga tidak ada orang yang bermain layangan.
"Untuk puasa sekarang masih sepi, baru lima orang yang beli buat dijual lagi, gara-garanya faktor cuaca, hujan terus jadi masih jarang yang main layangan," ungkapnya.
Dibandingkan tahun sebelumnya, kata Apeh, ia dapat menjual hingga 3.000 layangan perhari.
"Kalau dibandingkan tahun lalu, rame banget, sehari aja bisa kejual 3.000 layangan, kalau sekarang mah baru satu kodi doang," katanya.
Untuk mengisi waktu saat pesanan sepi, Apeh selalu memproduksi layangan yamg terbuat dari kertas ciwi, kertas wajit, dan plastik.
"Saya bikin sendiri, bahannya dari bambu, kertasnya dari ciwi, kertas wajit, sama plastik bekas," ujarnya.
Dalam satu hari, lanjut Apeh, ia dapat membuat 60 layangan, namun akibat sepinya pembeli, layangan tersebut menjadi numpuk di rumahnya.
"Yah buat ngisi waktu saya bikin terus aja, sehari itu saya bisa bikin 60 layangan, gara-gara sepi jadi numpuk layangannya," lanjutnya.
Untuk harganya layangan, tambah Apeh, biasanya ia menjual persatu kodi dengan harga 20.000, sementara untuk harga eceran hanya 2.000 perlayangan.
"Biasanya saya jual perkodi itu 20.000 kalau satuan 2.000," tambahnya.
Selain layangan, ia pun menjual berbagai macam jenis benang yang biasa digunakan untuk bermain layangan.
"Saya jual juga benang layangan, kaya gelasan, kenur sama golongan," ucapnya.
Diketahui, sudah puluhan tahun Apeh bergelut membuat layangan. Sejak tahun 1986 ia mulai menitikarirnya di Kuningan, Jawa Barat. Tidak tanggung-tanggung, setiap musim layangan seperti Bulan Ramadan, ia dapat meraup keuntungan hingga Rp 3 juta perharinya.
Sumber: beritasatu.com