Ilustrasi: freepik |
HARIANWANGON - Pernahkah Anda berpikir mengapa mudah rasanya terpikat dalam kesan pertama orang yang tampan atau cantik? Dalam psikologi, fenomena ini disebabkan oleh halo effect. Coba Anda ibaratkan dengan matahari. Di satu sisi, Anda bisa melihat matahari dengan jelas. Namun di lain waktu, Anda juga dapat melihat bahwa matahari bersinar lebih terang. Cahaya yang memperbesar ukuran asli matahari inilah yang disebut halo. Pancaran sinar ini dapat memengaruhi penglihatan Anda terhadap bentuk matahari tersebut.
Psikolog Amerika, Frederick Wells, pertama kali menemukan halo effect pada tahun 1907, yang kemudian dikaji lebih lanjut oleh psikolog Edward Thorndike. Menurut Thorndike, halo effect adalah bias kognitif yang membentuk opini atau pandangan seseorang berdasarkan penampilan luar orang lain. Sama halnya ketika Anda melihat sinar matahari, Anda menghubungkan kualitas positif yang belum tentu berkaitan dengan seseorang. Hal ini karena bias kognitif membuat Anda sulit menilai dengan tepat.
Di kehidupan sehari-hari, halo effect juga dapat memengaruhi penilaian Anda dalam situasi tertentu. Contohnya, halo effect bisa menjadi alasan mengapa guru memberikan nilai bagus pada murid yang rupawan. Hal ini disebabkan penampilan orang yang cantik atau tampan secara natural memberikan kesan lebih cerdas, kuat, dan dapat dipercaya.
Kontributor: Kamilia Yasmin Muafa, Mahasiswa aktif semester 6 di Universitas Negeri Semarang
Editor: Agus Triono