Ilustrasi: freepik |
Data dengan jumlah total 19.564.922 itu terdiri dari nomor induk kependudukan (NIK), nama, email, nomor ponsel, alamat, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan, tempat bekerja dan lainnya.
Bjorka sengaja memberikan 100.000 data dari Provinsi Aceh sebagai sampel secara gratis. Sejumlah pemerhati keamanan siber menyebut bahwa data yang dibagikan cocok antara nomor ponsel dan nama pemilik, namun ada sebagian yang tidak.
Yang menarik, kemunculan unggahan Bjorka kali ini ternyata tidak terlalu menghebohkan warganet.
Selain tanggapan netizen tidak segencar tahun lalu, sebagian di antaranya lebih berharap agar Bjorka justru membocorkan data mengenai aparatur sipil negara (ASN) yang belakangan menjadi sorotan karena kekayaannya.
Misalnya akun @SatuhatiCoffee yang mencuit, "Ngeri Bjorka..Lu bongkar data ASN Pajak dong." Atau akun @pakde_lukm4n yang menandai akun BPJS Ketenagakerjaan, "Ga ngaruh juga, udah biasa data pribadi cuma jadi bungkus nasi. Mending Bjorka bongkar2 pejabat yang korupsi dan harta mereka yg disembunyikan."
"Teruntuk Bjorka, kalau lu berani, gw tantang lu spill data pribadi para pejabat korup di Indonesia!" celetuk akun @ra_demas.
Kegerahan netizen masuk akal. Belakangan sedang hangat dibicarakan mengenai harta kekayaan pejabat yang tak sebanding dengan gaji atau penghasilannya.
Dimulai dari pejabat Ditjen Pajak, Rafael Alun Trisambodo yang disebut kekayaannya melebihi Menteri Keuangan, Sri Mulyani.
Selain Rafael yang sebelumnya adalah Kepala Bagian Umum Kanwil Jakarta Selatan, berita mengenai perilaku yang disebut publik sebagai “pamer kekayaan”, juga menyeret Kepala Kantor Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto dan Kepala Bea Cukai Makassar Andhi Pramono.
@hc_poirot menulis, "Saat ini kita membutuhkan kehadiran bjorka-bjorka untuk menyingkap harta² haram pejabat indonesia."
Rafael dicopot dari jabatannya dan diperiksa KPK gara-gara perilaku Mario Dandi Satriyo (20), sang anak. Selain terlibat kejahtan berupa penganiyaan, Mario dikatahui memiliki rekam jejak pamer kekayaan melalui media sosial.
Sedangkan pemeriksaan terhadap dua pejabat Bea Cukai, Eko maupun Andhi, berawal dari unggahan di media sosial. Gaya hidup pejabat tersebut maupun anggota keluarganya membetot perhatian netizen hingga membuat Sri Mulyani turun tangan.
Kepada Beritasatu.com, salah satu pemerhati keamanan siber, Mario mengungkapkan bahwa netizen tampaknya kurang tertarik tentang pembobolan data penduduk seperti yang diklaim Bjorka. Mario adalah seorang security researcher and open-source intelligence (Osint) enthusiast yang juga memberi komentar terhadap klaim Bjorka.
“Melihat reply (di media sosial) terlihat bahwa netizen sudah pada bodo amat sama Bjorka karena lebih seru bongkar-bongkar harta pejabat. Biarin Bjorka sibuk sendiri," kata Mario yang gemar mempraktikkan metode pengumpulan informasi secara terbuka di dunia maya.
Ungkapan Mario itu senada dengan cuitan seperti milik akun @Iman_N_Roses, "Ga laku dagangan Bjorka. Netizen lbh asik menguliti serta mengawal harta para pejabat yg hidup nya Hedon & Glamour".
Atau akun @htshudc yang menyebut, "Nimbrung ae si bjorka ini..pdahal lagi pada sibuk bongkar2 harta para pejabat malah nimbrung".
Sumber: beritasatu.com