14 Februari 1871 adalah hari lahir tokoh pendiri NU KH. Hasyim Asy'ari. ( Sumber gambar : ig@pacipnuippnuimogiri) |
HARIANWANGON - Tak banyak yang tahu jika 14 Februari yang sering diperingati sebagai Hari Valentine itu merupakan Hari Lahir (Harlah) Hadratusy Syekh, sang maha guru. Ya, Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari dilahirkan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 14 Februari 1871. Tanggal tersebut bertepatan dengan Selasa Kliwon, 24 Dzul Qo’dah 1287 H.
Galibnya, tiap 14 Februari, mayoritas muda-mudi di seantero dunia, khususnya negara-negara Barat, memperingati Valentine Day (Hari Kasih Sayang). Hari itu, para kekasih dan mereka yang sedang dilanda asmara menyatakan cintanya. Banyak kisah kasih sepasang manusia ditorehkan pada tanggal ini. Sayangnya, aksi-aksi tersebut juga mewabah hingga negeri ini. Padahal di tanggal itu kita memiliki sejarah penting.
Jika kita menelisik sejarah republik ini, 14 Februari merupakan hari bersejarah bagi rakyat Indonesia, khususnya kalangan kaum pesantren dan Nahdliyin (sebutan warga NU). Mengapa demikian? Jawabnya sederhana. Pasalnya, tercatat dalam sejarah, tokoh sentral pendiri NU sekaligus pendiri Pesantren Tebuireng Jombang, Hadratusy Syekh Hasyim Asy’ari lahir pada 14 Februari 1871 M. Dengan kata lain, 148 tahun silam lahir sang inspirator sejati di kalangan santri dan anak negeri.
Kebesaran Jiwa dan Sikap Toleran KH Hasyim Asy’ari Kakek Gus Dur ini wafat di daerah yang sama pada 21 Juli 1947 yang bertepatan dengan 3 Ramadhan 1366 H dalam usia 76 tahun. Sebagai pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, makam Besan KH Bisri Syansuri yang juga pendiri NU ini yang berada di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, diziarahi ribuan orang tiap harinya.
Tidak diragukan lagi, peran Mbah Hasyim penting sekali bagi perkembangan Islam di Nusantara. Ayahanda Menteri Agama fenomenal, KH A Wahid Hasyim, ini mendirikan Pesantren Tebuireng pada 1899 M. Hampir sebagian besar pesantren di Jawa dan Sumatera lahir dari rahim Pesantren Tebuireng.
Para kiainya juga pernah menjadi santri Mbah Hasyim. Selain itu, Hadratusy Syekh juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau mengajak para santrinya untuk berjuang melawan penjajah.
Menurut Mbah Hasyim, berjuang melawan penjajah hukumnya fardlu ‘ain, wajib bagi setiap kaum muslimin Indonesia. Sebagaimana diriwayatkan dalam film nasional berjudul Sang Kiai, pada 22 Oktober 1945, Mbah Hasyim mengeluarkan fatwa jihad. Isinya, hukum membela negara dan melawan penjajah adalah fardlu ‘ain alias wajib bagi setiap mukallaf (orang dewasa) yang berada dalam radius 88 kilometer. Jadi, pahala perang melawan penjajah setara jihad fi sabilillah.
Oleh karena itu, orang Islam yang gugur dalam peperangan itu dihukumi syahid. Fatwa jihad ini kemudian dikenal dengan istilah Resolusi Jihad. Perjuangan Hadratusy Syekh dalam membela Tanah Air menginspirasi lahirnya film Sang Kiai, sebuah film perjuangan yang diproduksi Rapi Films pada 2013. Tak berlebihan kiranya jika pemerintah Indonesia menahbiskan Mbah Hasyim sebagai salah satu pahlawan nasional. Wal hasil, sebagai kaum muslimin Indonesia khususnya warga Nahdliyin, tidak patut larut dalam perayaan hari valentine.
Karena di samping tidak ada manfaatnya bagi kita, justru dikhawatirkan menggerus keimanan dan ketakwaan. Sebaliknya, alangkah baiknya kita merayakan 14 Februari sebagai Harlah Hadratusy Syekh dengan ragam cara yang lebih inovatif. (Musthofa Asrori)
Sumber: https://www.nu.or.id/nasional/14-februari-harlah-kh-m-hasyim-asyari-KiNAd