Fajar Adiyanto foto bersama keluarga setelah proses wisuda S 2 selesai. (Foto : Fajar) |
HARIANWANGON - Di era
sekarang menjadi Mahasiswa adalah impian banyak orang. Kuliah di perguruan
tinggi favorit, pandai berbicara di depan umum, aktif berorganisasi, dan
memiliki IPK tinggi. Hal tersebut merupakan impian yang umum.
Mahasiswa
dari Banyumas yang mengambil kuliah di Semarang pada umumnya memilih
tinggal di kos, kontrakan, dan sejenisnya. Namun, ada pula yang memilih tinggal
di Pondok Pesantren. Adanya pergaulan bebas, kurangnya pengetahuan agama dan
lemahnya iman dapat menggugurkan impian para Mahasiswa.
Pondok
pesantren dan kuliah sama-sama memiliki kegiatan yang padat, mahasiswa harus
pintar dalam membagi waktu agar keduanya berjalan beriringan. Mahasantri atau
Mahasiswa Santri merupakan Mahasiswa yang mendalami ilmu agama di Pondok
Pesantren.
Selain
saat jam kuliah, Mahasantri mengikuti kegiatan santri pada umumnya,
melaksanakan sholat berjama'ah, membaca, mengkaji lalu menghafal Al-Qur'an dan
Kitab, namun bedanya santri dan Mahasantri adalah Santri biasa sangatlah ketat
tidak boleh membawa alat komuikasi seperti handphone dan laptop, namun
Mahasantri boleh membawanya.
Begitu
pula yang dialami Fajar Adiyanto Mahasiswa sekaligus santri asal Desa
Klapagading RT 03 RW 05 Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas yang sukses meraih
gelar Strata-1 (S1) dan Strata-2 (S2) di Universitas Diponegoro Semarang saat
dihubungi Tim Harian Wangon (09/02/2023).
Perjalanan
Singkat Pendidikan SMA di Wangon
Saat
dihubungi Tim Harian Wangon Fajar
bercerita, "Saya Masuk di SMA Negeri 1 Wangon pada
tahun 2010, lulus pada tahun 2013. Selama mengenyam pendidikan di SMA Alhamdulillah
saya selalu medapatkan peringkat paralel 1, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12.
Dari ini saya mendapatkan beberapa kali keringanan biaya pendidikan selama di
SMA. Beberapa ikut lomba untuk mewakili SMA, capaian yang pernah diraih
yaitu lomba di Tingkat Provinsi mewakili Kabupaten Banyumas di Semarang,"
tuturnya.
Ngaji, Ngabdi dan Kuliah
"Saya menyadari bahwa pendidikan formal saja belum
cukup sebagai bekal hidup di
masyarakat. Ada
beberapa pelajaran yang tidak diajarkan di pendidikan formal. Hal ini yang
mendasari saya untuk menempuh pendidikan di Pesantren (Mondok). Saya mulai
mondok pada tahun 2009, yaitu di pondok Pesantren Daarul Muttaqin. Selanjutnya,
pada tahun 2014 melanjutkan di Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu (KGS), yaitu
bersamaan dengan masuk di Kampus Universitas Diponegoro. Sampai saat ini saya
masih berstatus sebagai santri di Ponpes KGS," lanjutnya.
Selama di Pesantren, Fajar mendapatkan pelajaran
tentang ilmu agama, di pesantren juga diajari tentang hidup bermasyarakat.
Hidup di tengah masyarakat tidak cukup dengan pendidikan yang tinggi, tapi
bagaimana kita bisa membaur dengan mereka dan ikut andil dalam kegiatan. Di
pondok inilah Fajar diberi pendidikan untuk dapat menempatkan diri, ikhlas
dalam membantu, dan yang penting juga berakhlakul karimah.
Di pondok, santri latian untuk kerkhidmah atau ngabdi.
Dengan mengabdi santri diajari untuk belajar ikhlas dan sabar ketika melakukan
pekerjaan. Fajar ingat dawuh sang guru “jika ingin pintar maka belajar dengan
giat. Jika ingin ilmunya manfaat maka tirakat atau priatin. Jika ingin ilmunya
barokah maka berkhidmah.”
Awal Kuliah Strata-1 (S1)
Fajar mengawali karirnya masuk perguruan tinggi pada
tahun 2014 melalui jalur SBMPTN (salah satu seleksi masuk perguruan tinggi
negeri). Dia mengambil jurusan Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan (FPIK) UNDIP, Universitas Diponegoro. Alhamdulillah selama kuliah
bebas biaya kuliah (gratis) karena mendapatkan Beasiswa Bidik Misi, dan lulus
Program Sarjana pada Tahun 2019 dengan predikat kelulusan Cumlaude (dengan
pujian).
Melanjutkan Strata-2 (S2)
Setelah
lulus S1, Fajar sering membantu dosen, mulai dari mengedit jurnal atau karya
ilmiah, membatu penelitian, dan membantu menyelesaikan tugas administrasi
Dosen. Pada tahun 2020, Fajar ditawari dosen untuk melanjutkan studi Program
Pasca Sarjana. Selama menempuh program magister, biaya pendidikan mulai dari
awal masuk hingga lulus juga ditanggung oleh dosen.
Lulus S2
Lulus S2 pada tahun 2023, yaitu wisuda pada tanggal 3 Februari 2023. Alhamdulillah lulus program magister juga dengan predikat Cumlaude (dengan pujian). Selama menyusun tesis, saya dituntut harus mampu membagi waktu, karena selain mengerjakan tesis juga masih aktif bantu-bantu tugas dosen, selain itu juga harus tetap mengikuti kegiatan pondok dan setoran ngaji, ya intinya, bisa membagi skala prioritas, tidak bisa ditinggalkan salah satu, tambahnya.
Fajar saat setelah selesai menyelesaikan program magister dengan predikat Cumlaude. |
Motivasi Dan Pesan Untuk Generasi Muda
Di
sesi akhir Fajar memberikan motivasi untuk para generasi muda, “Untuk generasi muda yang sedang
bersemangat belajar, jangan jadikan kondisi ekonomi menjadi halangan untuk
dapat menempuh pendidikan tinggi. Tidak sedikit yang dari segi ekonomi kurang
mampu tapi bisa mencapai pendidikan dibangku perkuliahan. Jangan takut
melangkah ketika punya suatu keinginan, percaya saja ketika kita sudah niat,
diiringi dengan doa dan usaha, insya Allah akan diberikan kemudahan dan jalan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dan perlu diingat, kecerdasan intelektual perlu
diimbangi dengan kecerdasaan emosional dan spiritual, agar tidak hanya menjadi
orang pintar, tetapi juga orang benar. Salam semangatttt 😊 ,“ pungkasnya.