KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). (Foto: Pojok Gus Dur) |
HARIANWANGON - Piala Dunia terakhir yang cukup mendapat perhatian Gus Dur ialah Piala Dunia 2006 di Jerman. Karena dikenal mempunyai daya analisis yang tinggi mengenai pertandingan sepak bola, Gus Dur kerap ditanya mengenai prediksi.
Piala Dunia 2006 sudah mencapai beberapa pertandingan penyisihan grup, Gus Dur pun tak luput dari pertanyaan siapa kira-kira yang masuk final.
"Gus, yang masuk final kira-kira siapa ya?"
"Ya, pokoknya kalau nggak Argentina, Jerman, Brasil, ya Prancis," jawab Gus Dur.
Dari salah satu negara yang disebutkan Gus Dur, Prancis mencapai final sebelum dikalahkan Italia lewat babak adu penalti.
Namun, Piala Dunia 2006 berefek negatif bagi Gus Dur. Sebab Gus Dur menderita paru-paru basah karena sering begadang menyaksikan pertandingan turnamen empat tahunan itu.
Gus Dur memang terbilang jarang absen dalam menyaksikan gelaran Piala Dunia 2006 di Jerman beberapa waktu lalu. Bahkan berperan sebagai komentator pun pernah ia lakukan.
Namun, hobi begadang untuk menonton pertandingan tersebut berimbas negatif pada dirinya. Gus Dur bahkan sempat mendapat perawatan di RSCM karena kondisi kesehatannya menurun. Diagnosa dari dokter menyebutkan bahwa Gus Dur menderita paru-paru basah.
Gus Dur sendiri membenarkan kondisinya itu. Menurut tokoh politik NU ini, penyakitnya itu bisa mengancam kesehatan jantungnya.
"Paru-paru basah ini dikhawatirkan mengganggu jantung saya," ujar Gus Dur kala itu di kantor Wahid Institute, Jalan Taman Hamzah, Jakarta Pusat."Gara-garanya saya sering nonton Piala Dunia," imbuh Gus Dur.
Namun, Gus Dur pesimis ketika ditanya tentang Timnas Indonesia. "Gus, kira-kira kapan ya Indonesia bisa masuk Piala Dunia?"
"Masih lama," ucap Gus Dur sambil memalingkan muka.
"Sampai kapan, Gus?"
"Wah, masih lama," ujar Gus Dur.
"Berapa tahun lagi Gus, 20 tahun lagi?"
"Ya lama sekali, pokoknya masih lama," terang Gus Dur.
"Kok bisa, Gus?""Ya gimana lagi, lha PSSI-nya kayak gitu. Gimana persepakbolaan kita mau maju. Gitu aja kok repot," kata Gus Dur.
Sumber: nu.or.id