Ilustrasi : freepik.com |
HARIANWANGON - Nabi Muhammad saw diperjalankan oleh Allah swt dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, dan berlanjut hingga ke Sidratul Muntaha dengan didampingi Malaikat Jibril as. Peristiwa semalam itu memberikan pengalaman penting bagi Rasulullah saw karena dapat mempertemukannya dengan banyak orang dengan beragam karakternya.
Setidaknya, Nabi Muhammad saw melihat 11 golongan orang dalam peristiwa khusus itu. Hal tersebut dijelaskan oleh Syekh Najmudin Al-Ghaithi dalam kitabnya yang berjudul Dardir Miraj.
Pertama, orang-orang yang gemar bersedekah. Nabi melihat golongan ini sering memanen tanaman yang baru ia tanam. Setelah dipanen, tanaman tersebut tumbuh kembali. Begitupun seterusnya sehingga hasil panen mereka melimpah ruah. Mereka adalah orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah. Allah akan mengganti semua hal yang diinfakkan di jalan-Nya.
Kedua, orang-orang yang senantiasa berpegang teguh pada agama Allah. Ketika itu, Nabi mencium bau harum. Ketika ditanyakan kepada Jibril, bau harum tersebut berasal dari keluarga besar Masyitah yang dimasak hidup-hidup oleh Fir‘aun karena tidak mau mengakuinya sebagai Tuhan.
Ketiga, orang yang malas mengerjakan shalat fardhu. Saat itu, Nabi melihat sekelompok orang yang kepalanya pecah dan utuh Kembali secara berulang-ulang. Nabi begitu iba melihatnya. Jibril menjelaskan kepadanya, bahwa mereka adalah orang-orang yang kepalanya berat untuk melaksanakan shalat fardhu sehingga urung menunaikannya. Itulah siksaan yang akan diterima oleh orang-orang yang malas melaksanakan kewajiban shalat fardhu di hari pembalasan nanti.
Berikutnya, orang-orang yang enggan bersedekah. Mereka tampak oleh Nabi tengah memakan pohon dhari‘ (pohon kering dan berduri), zaqqum (tumbuhan yang rasanya pahit) dan batu yang panas. Nabi juga melihat pezina yang lebih memilih wanita lain di luar istrinya sendiri.
Kelompok orang ini digambarkan pada saat itu seperti orang yang menggenggam daging empuk dan daging busuk. Namun orang-orang itu memilih memakan daging busuk dari pada daging empuk yang dibawanya. Orang-orang ini, menurut Jibril, adalah orang yang lebih memilih tidur dengan perempuan lain padahal ia memiliki istri yang sah.
Selanjutnya, kelompok yang dilihat Nabi dalam perjalanan itu adalah para perampok atau pembegal. Nabi Muhammad saw melihat golongan ini seperti kayu yang berada di tengah jalan. Saat ada orang yang melewati jalan tersebut, orang itu terbakar karena kayu itu.
Kelompok ketujuh yang Nabi lihat adalah orang yang memakan harta riba. Nabi Muhammad saw menyaksikan perumpamaan golongan ini seperti orang yang berenang di sungai yang penuh darah. Orang yang rakus jabatan menjadi kelompok kedelapan yang Nabi Muhammad saw lihat dalam perjalanan itu. Rasulullah saw melihat golongan orang yang memikul kayu bakar di pundaknya. Orang-orang yang termasuk golongan ini masih terus menambah kayu bakar yang dipikulnya walaupun sebenarnya mereka tidak kuat memikulnya.
Sementara itu, golongan kesembilan adalah para dai yang tidak mengamalkan ucapannya. Para dai ini dilihat oleh Nabi seperti sekelompok orang yang lidah dan mulut mereka dipotong dengan menggunakan gunting besi. Setelah dipotong, mulut dan lidah mereka tumbuh seperti semula dan dipotong lagi. Peristiwa itu perumpamaan bagi para dai yang hanya mampu ceramah dan berorasi namun tidak mampu mengamalkan ceramahnya untuk diri sendiri.
Para pengumpat menjadi golongan kesepuluh yang Nabi Muhammad saw lihat dalam perjalanan Isra’ Mi’raj. Saat itu, Nabi SAW melihat golongan orang yang berkuku panjang dan terbuat dari tembaga. Mereka mencakar-cakar muka mereka dengan kuku tersebut. Menurut Jibril, mereka adalah orang-orang yang mengumpat perbuatan orang lain, tetapi mereka melakukan perbuatan tersebut.
Golongan terakhir adalah provokator. Ketika itu Nabi Muhammad saw melihat seekor sapi yang keluar dari sebuah lubang kecil. Namun, sapi itu tidak mampu kembali masuk ke lubang tersebut karena terlalu besar. Menurut Jibril, hal itu adalah perumpamaan bagi umat Nabi Muhammad yang melakukan provokasi sehingga menimbulkan masalah yang besar. Saat tersadar akan ulahnya, ia tidak mampu menyelesaikan masalah besar tersebut.
Sumber:nu.or.id